Kamis, 03 Januari 2013

Sem 5 - Kemuhammadiyahan II - Makalah Gerakan Muhammadiyah

GERAKAN MUHAMMADIYAH :
1.    Biografi Pendiri Muhammadiyah,  KH. Ahmad Dahlan
2.    Faktor Penyebab Berdirinya Muhammadiyah
3.    Lambang Muhammadiyah dan Arti Lambang Tersebut
4.    Maksud dan Tujuan Muhammadiyah

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kemuhammadiyahan I



Disusun oleh :
   
    Nama     :     Nanang Hariyono
    NIM     :    102210107
    Kelas         :     V Paralel

PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2012


1.    Biografi Pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan

Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir di Kampung Kauman, Yogyakarta (sebelah barat Alun-alun Utara Yogyakarta) pada tanggal 1 Agustus 1868. Nama kecil KH. Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwisy. Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya dari keluarga K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar adalah seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan adalah Siti Aminah, puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada masa itu. Ia termasuk keturunan yang kedua
belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah seorang yang terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor penyebaran agama Islam di Jawa. Silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana 'Ainul Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang Djurung Djuru Kapindo, Kyai Ilyas, Kyai Murtadla, KH. Muhammad Sulaiman, KH. Abu Bakar, dan Muhammad Darwisy (Ahmad Dahlan).
Pada umur 15 tahun (tahun 1883), ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.
Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah. Disamping itu KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah. la juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Ia pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta.
Dengan maksud mengajar agama, pada tahun 1909 Kiai Dahlan masuk Boedi Oetomo - organisasi yang melahirkan banyak tokoh-tokoh nasionalis. Di sana beliau memberikan pelajaran-pelajaran untuk memenuhi keperluan anggota. Pelajaran yang diberikannya terasa sangat berguna bagi anggota Boedi Oetomo sehingga para anggota Boedi Oetomo ini menyarankan agar Kiai Dahlan membuka sekolah sendiri yang diatur dengan rapi dan didukung oleh organisasi yang bersifat permanen. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari nasib seperti pesantren tradisional yang terpaksa tutup bila kiai pemimpinnya meninggal dunia.
Saran itu kemudian ditindaklanjuti Kiai Dahlan dengan mendirikan sebuah organisasi yang diberi nama Muhammadiyah pada 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330). Organisasi ini bergerak di bidang kemasyarakatan dan pendidikan. Melalui organisasi inilah beliau berusaha memajukan pendidikan dan membangun masyarakat Islam.
Bagi Kiai Dahlan, Islam hendak didekati serta dikaji melalui kacamata modern sesuai dengan panggilan dan tuntutan zaman, bukan secara tradisional. Beliau mengajarkan kitab suci Al Qur'an dengan terjemahan dan tafsir agar masyarakat tidak hanya pandai membaca ataupun melagukan Qur'an semata, melainkan dapat memahami makna yang ada di dalamnya. Dengan demikian diharapkan akan membuahkan amal perbuatan sesuai dengan yang diharapkan Qur’an itu sendiri. Menurut pengamatannya, keadaan masyarakat sebelumnya hanya mempelajari Islam dari kulitnya tanpa mendalami dan memahami isinya. Sehingga Islam hanya merupakan suatu dogma yang mati.
Di bidang pendidikan, Kiai Dahlan lantas mereformasi sistem pendidikan pesantren zaman itu, yang menurutnya tidak jelas jenjangnya dan tidak efektif metodenya lantaran mengutamakan menghafal dan tidak merespon ilmu pengetahuan umum. Maka Kiai Dahlan mendirikan sekolah-sekolah agama dengan memberikan pelajaran pengetahuan umum serta bahasa Belanda. Bahkan ada juga Sekolah Muhammadiyah seperti H.I.S. met de Qur'an. Sebaliknya, beliau pun memasukkan pelajaran agama pada sekolah-sekolah umum. Kiai Dahlan terus mengembangkan dan membangun sekolah-sekolah. Sehingga semasa hidupnya, beliau telah banyak mendirikan sekolah, masjid, langgar, rumah sakit, poliklinik, dan rumah yatim piatu.
Kegiatan dakwah pun tidak ketinggalan. Beliau semakin meningkatkan dakwah dengan ajaran pembaruannya. Di antara ajaran utamanya yang terkenal, beliau mengajarkan bahwa semua ibadah diharamkan kecuali yang ada perintahnya dari Nabi Muhammad SAW. Beliau juga mengajarkan larangan ziarah kubur, penyembahan dan perlakuan yang berlebihan terhadap pusaka-pusaka keraton seperti keris, kereta kuda, dan tombak. Di samping itu, beliau juga memurnikan agama Islam dari percampuran ajaran agama Hindu, Budha, animisme, dinamisme, dan kejawen.
Di bidang organisasi, pada tahun 1918, beliau membentuk organisasi Aisyiyah yang khusus untuk kaum wanita. Pembentukan organisasi Aisyiyah, yang juga merupakan bagian dari Muhammadiyah ini, karena menyadari pentingnya peranan kaum wanita dalam hidup dan perjuangannya sebagai pendamping dan partner kaum pria. Sementara untuk pemuda, Kiai Dahlan membentuk Padvinder atau Pandu - sekarang dikenal dengan nama Pramuka - dengan nama Hizbul Wathan disingkat H.W. Di sana para pemuda diajari baris-berbaris dengan genderang, memakai celana pendek, berdasi, dan bertopi. Hizbul Wathan ini juga mengenakan uniform atau pakaian seragam, mirip Pramuka sekarang.
Pembentukan Hizbul Wathan ini dimaksudkan sebagai tempat pendidikan para pemuda yang merupakan bunga harapan agama dan bangsa. Sebagai tempat persemaian kader-kader terpercaya, sekaligus menunjukkan bahwa Agama Islam itu tidaklah kolot melainkan progressif. Tidak ketinggalan zaman, namun sejalan dengan tuntutan keadaan dan kemajuan zaman. Karena semua pembaruan yang diajarkan Kyai Dahlan ini agak menyimpang dari tradisi yang ada saat itu, maka segala gerak dan langkah yang dilakukannya dipandang aneh. Sang Kiai sering diteror seperti diancam bunuh, rumahnya dilempari batu dan kotoran binatang.
Ketika mengadakan dakwah di Banyuwangi, beliau diancam akan dibunuh dan dituduh sebagai kiai palsu. Walaupun begitu, beliau tidak mundur. Beliau menyadari bahwa melakukan suatu pembaruan ajaran agama (mushlih) pastilah menimbulkan gejolak dan mempunyai risiko. Dengan penuh kesabaran, masyarakat perlahan-lahan menerima perubaban yang diajarkannya.
Tujuan mulia terkandung dalam pembaruan yang diajarkannya. Segala tindak perbuatan, langkah dan usaha yang ditempuh Kiai ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa Islam itu adalah Agama kemajuan. Dapat mengangkat derajat umat dan bangsa ke taraf yang lebih tinggi. Usahanya ini ternyata membawa dampak positif bagi bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Banyak golongan intelektual dan pemuda yang tertarik dengan metoda yang dipraktekkan Kiai Dahlan ini sehingga mereka banyak yang menjadi anggota Muhammadiyah. Dalam perkembangannya, Muhammadiyah kemudian menjadi salah satu organisasi massa Islam terbesar di Indonesia.
Melihat metoda pembaruan KH Ahmad Dahlan ini, beliaulah ulama Islam pertama atau mungkin satu-satunya ulama Islam di Indonesia yang melakukan pendidikan dan perbaikan kehidupan um’mat, tidak dengan pesantren dan tidak dengan kitab karangan, melainkan dengan organisasi. Sebab selama hidup, beliau diketahui tidak pernah mendirikan pondok pesantren seperti halnya ulama-ulama yang lain. Dan sepanjang pengetahuan, beliau juga konon belum pernah mengarang sesuatu kitab atau buku agama.

Muhammadiyah sebagai organisasi tempat beramal dan melaksanakan ide-ide pembaruan Kiai Dahlan ini sangat menarik perhatian para pengamat perkembangan Islam dunia ketika itu. Para sarjana dan pengarang dari Timur maupun Barat sangat memfokuskan perhatian pada Muhammadiyah. Nama Kiai Haji Akhmad Dahlan pun semakin tersohor di dunia.
Dalam kancah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, peranan dan sumbangan beliau sangatlah besar. Kiai Dahlan dengan segala ide-ide pembaruan yang diajarkannya merupakan saham yang sangat besar bagi Kebangkitan Nasional di awal abad ke-20.
Kyai Dahlan menimba berbagai bidang ilmu dari banyak kiai yakni KH. Muhammad Shaleh di bidang ilmu fikih; dari KH. Muhsin di bidang ilmu Nahwu-Sharaf (tata bahasa); dari KH. Raden Dahlan di bidang ilmu falak (astronomi); dari Kiai Mahfud dan Syekh KH. Ayyat di bidang ilmu hadis; dari Syekh Amin dan Sayid Bakri Satock di bidang ilmu Al-Quran, serta dari Syekh Hasan di bidang ilmu pengobatan dan racun binatang.
Pada usia 66 tahun, tepatnya pada tanggal 23 Februari 1923, Kiai Haji Akhmad Dahlan wafat di Yogyakarta. Beliau kemudian dimakamkan di Karang Kuncen, Yogyakarta. Atas jasa-jasa Kiai Haji Akhmad Dahlan maka negara menganugerahkan kepada beliau gelar kehormatan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Gelar kehormatan tersebut dituangkan dalam SK Presiden RI No. 657 Tahun 1961, tgl 27 Desember 1961.

2.    Faktor Penyebab Berdirinya Muhammadiyah
Muhammadiyah sendiri berdirinya dengan dilatarbelakangi untuk memperbaharui pemahaman tentang ke-Islaman di sebagian besar dunia Islam di Indonesia yang pada saat itu dianggap masih bersifat ortodoks (kolot), serta masih bercampur aduknya ajaran agama Islam dengan ajaran agama yang terdahulu atau kebiasaan di daerah tertentu dengan alasan adaptasi. Bercampur aduknya ajaran Islam dengan kebudayaan Non Islam itu sendiri sebenarnya dapat dimaklumi pada saat awal-awal penyebaran agama Islam di Indonesia. Hal ini mengingat sulitnya masyarakat pada waktu itu untuk meninggalkan kebiasaan atau ajaran yang telah lama mereka anut sejak nenek moyang, sehingga kebiasaan tersebut masih dilakukan walaupun dengan memasukan unsur Islam didalamnya. Namun seiring dengan berlalunya waktu, kebiasaan-kebiasaan atau cara-cara yang dianggap masih bercampur tersebut masih kerap dilakukan meskipun sudah berabad-abad berlalu sejak awal masuknya Islam di Indonesia, oleh karena itu Beliau (KH. Ahmad Dahlan) memandang hal ini dapat menimbulkan kebekuan ajaran Islam, stagnasi dan keterbelakangan didalam diri umat Islam. Beliau berpikir, pemahaman keagamaan yang demikian, harus diubah melalui gerakan pemurnian ajaran Islam yang kembali kepada ajaran Al-quran dan Al-Hadist.

Untuk itu pada tanggal 18 Nopember 1912, KH. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi non politik yang bersifat sosial dan bergerak dibidang pendidikan yang diberi nama “Muhammadiyah”, KH. Ahmad Dahlan berkeinginan untuk mengadakan suatu pembaharuan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam yang murni, yaitu menurut tuntunan seperti yang diajarkan didalam Al-Quran dan Al-Hadist.

Faktor-faktor yang menyebabkan didirikan Muhammadiyah, yaitu :
a.    Faktor Subyektif
Faktor subyektif yang sangat kuat, bahkan dikatakan sebagai faktor utama dan faktor penentu yang mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah hasil pendalaman KH. Ahmad Dahlan terhadap Al-Quran dalam menelaah, membahas, meneliti dan mengkaji kandungan isinya.
Sikap KH. Ahmad Dahlan seperti ini sesungguhnya dalam rangka melaksanakan firman Allah SWT sebagaimana yang tersimpul dalam surat An. Nisa ayat 82 dan surat Muhammad ayat 24, yaitu melakukan taddabur atau memperhatikan dan mencermati dengan penuh ketelitian terhadap apa yang tersirat dalam ayat.
Sikap seperti ini pulalah yang dilakukan KH. Ahmad Dahlan ketika menatap surat Ali Imran ayat 104 yang artinya ”Dan hendaklah ada diantara kamu sekalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung”.
Memahami seruan diatas, KH. Ahmad Dahlan tergerak hatinya untuk membangun sebuah perkumpulan, organisasi atau persyarikatan yang teratur dan rapi, yang tugasnya berkhidmad pada melaksanakan misi dakwah Amar Makruf Nahi Mungkar ditengah masyarakat kita.

b.    Faktor Internal
Faktor internal yang mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah:
1.    Rusak dan hinanya umat islam dalam bidang sosial, baik dalam bidang politik, ekonomi, kebudayaan serta keagamaannya.
2.    Tidak tegak nya hidup dan kehidupan agama islam dalam diri orang dan masyarakat.
3.    Tidak bersihnya islam akibat bercampurnya dengan berbagai macam faham sehingga timbulnya bid’ah, syirik.
4.    Kurang adanya persaudaraan dan persatuan umat islam dalam membela kepentingan islam.
5.    Belum selesai dan sempurnya perjuangan para wali dalam pengembangan agama islam di indonesia.

c.    Faktor Eksternal
Beberapa Faktor Eksternal yang juga mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah:
1.    Adanya pengaruh gerakan reformasi dan purifikasi yang di pelopori oleh Jamaluddin Al Afghani Muhammad Abduh, serta Muh. Abd. Wahab.
2.    Kegiatan-kegiatan kristening politik, yaitu usaha-usaha misi dan zending yang bermaksud mengkristenkan umat islam Indonesia.
3.    Adanya penjajahan kolonialis, yang membelenggu umat Islam Indonesia dan penestrasi kebudayaan barat, sehingga menimbulkan sikap acuh tak acuh bahkan mencemohkan Islam dari kalangan pelajar Indonesia,dan akibat-akiabat negatif lainnya.



3.    Lambang Muhammadiyah dan Arti Lambang Tersebut
Bentuk Lambang
Lambang persyarikatan berbentuk matahari yang memancarkan  duabelas sinar yang mengarah ke segala penjuru dengan sinarnya yang putih bersih bercahaya. Di tengah-tengah matahari terdapat tulisan dengan huruf Arab : Muhammadiyah. Pada lingkaran yang mengelilingi tulisan huruf Arab berwujud kalimat syahadat tauhid : asyhadu anal ila,ha illa Allah (saya bersaksi bahwasannya tidak ada Tuhan kecuali Allah); di lingkaran sebelah atas dan pada lingkaran bagian bawah tertulis kalimat syahadat Rasul : wa asyhadu anna Muhammaddar Rasulullah (dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah). Seluruh Gambar matahari dengan atributnya berwarna putih dan terletak di atas warna dasar hijau daun.


Arti Lambang
a.    Matahari merupakan titik pusat dalam tata surya dan merupakan sumber kekuatan semua makhluk hidup yang ada di bumi. Jika matahari menjadi kekuatan cikal bakal biologis, Muhammadiyah diharapkan dapat menjadi sumber kekuatan spiritual dengan nilai-nilai Islam yang berintikan dua kalimat syahadat.
b.    Duabelas sinar matahari yang memancar ke seluruh penjuru diibaratkan sebagai tekad dan semagat warga Muhammadiyah dalam memperjuangkan Islam, semangat yang pantang mundur dan pantang menyerah seperti kaum Hawari (sahabat nabi Isa yang berjumlah 12)
c.    Warna Putih pada seluruh gambar matahari melambangkan kesucian dan keikhlasan
d.    Warna Hijau yang menjadi warna dasar melambangkan kedamaian dan kesejahteraan.


4.    Maksud dan Tujuan Muhammadiyah
 Maksud dan Tujuan Muhammadiyah 1912 – sekarang :
1.          1912 - KH Ahmad Dahlan (1912-1923)
Maka Perhimpunan itu maksudnya :
a.    Menyebarluaskan pengajaran Igama Kangjeng Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam kepada penduduk Bumiputera di dalam residensi Yogyakarta.
b.    Memajukan hal agama kepada anggauta-anggautanya

2.    1914 & 1921 - KH Ahmad Dahlan (1912-1923)
Maksud Persyarikatan ini yaitu :
a.    Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran Igama Islam di Hindia Nederland.
b.    Memajukan dan menggembirakan kehidupan (cara hidup) sepanjang kemauan agama Islam kepada lid-lid-nya.

 KH Ibrahim (1923-1932)

3.    1934 - KH Hisyam (1932-1936)
Hajat Persyarikatan yaitu :
a.    Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran agama Islam di Hindia Nederland.
b.    Memajukan dan menggembirakan kehidupan (cara hidup) sepanjang kemauan agama Islam kepada lid-lid-nya (segala sekutunya).

4.    1941 - KH Mas Mansur (1936-1942)
Hajat Persyarikatan yaitu:
a.    Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran agama Islam di Indonesia.
b.    Memajukan dan menggembirakan cara hidup sepanjang kemauan agama Islam kepada lid-lid-nya (segala sekutunya).

5.    1943 - Ki Bagoes Hadikoesoemo (1942-1953)
Sesuai dengan kepercayaan untuk mendirikan kemakmuran bersama seluruh Asia Raya, di bawah pimpinan Dai Nippon, dan memang diperintahkan oleh Tuhan Allah, maka perkumpulan ini:
a.    Hendak menyiarkan agama Islam, serta melatihkan hidup yang selaras dengan tuntunannya
b.    Hendak melakukan pekerjaan kebaikan kebaikan umum
c.    Hendak memajukan pengetahuan dan kepandaian serta budi pekerti yang baik kepada anggauta-anggautanya; kesemuanya itu ditujukan untuk berjasa mendidik masyarakat ramai.

6.    1946 - Ki Bagoes Hadikoesoemo (1942-1953)
Maksud dan tujuan Persyarikatan ini akan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam, sehingga dapat mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

7.    1950 - Ki Bagoes Hadikoesoemo (1942-1953)
Maksud dan tujuan Persyarikatan ini akan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam, sehingga dapat mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

 Buya AR Sutan Mansur (1953-1959)

8.    1959 - KH M Yunus Anis (1959-1962)
Maksud dan tujuan Persyarikatan ialah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga dapat terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

9.    1966 - KH Ahmad Badawi (1962-1968)
Maksud dan tujuan Persyarikatan ialah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga dapat terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

10.    1968 - KH Faqih Usman (1968-1971)
Maksud dan tujuan Persyarikatan ialah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga dapat terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

11.    1985 - KH AR Fachruddin (1971-1990)
Maksud dan tujuan Persyarikatan ialah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil, dan makmur yang diridlai Allah Subhanahu wata‘ala.

 KH A Azhar Basyir (1990-1995)
 Prof Dr H Amien Rais (1995-2000)

12.    2000 - Prof Dr H Ahmad Syafi'i Ma'arif (2000-2005)
Maksud dan tujuan Muhammadiyah ialah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga dapat terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

13.      2005 - Prof Dr H Din Syamsuddin (2005-sekarang)
Maksud dan tujuan Muhammadiyah ialah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga dapat terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Untuk mencapai maksud dan tujuan “menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga dapat terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”, Muhammadiyah melaksanakan Da’wah Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Tajdid yang diwujudkan dalam usaha di segala bidang kehidupan. Usaha Muhammadiyah diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program, dan kegiatan, yang macam dan penyelenggaraannya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Usaha Muhammadiyah yang diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program, dan kegiatan meliputi:
1.    Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman, meningkatkan pengamalan, serta menyebarluaskan ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan.
2.    Memperdalam dan mengembangkan pengkajian ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan untuk mendapatkan kemurnian dan kebenarannya.
3.    Meningkatkan semangat ibadah, jihad, zakat, infak, wakaf, shadaqah, hibah, dan amal shalih lainnya.
4.    Meningkatkan harkat, martabat, dan kualitas sumberdaya manusia agar berkemampuan tinggi serta berakhlaq mulia.
5.    Memajukan dan memperbaharui pendidikan dan kebudayaan, mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta meningkatkan penelitian.
6.    Memajukan perekonomian dan kewirausahaan ke arah perbaikan hidup yang berkualitas
7.    Meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
8.    Memelihara, mengembangkan, dan mendayagunakan sumberdaya alam dan lingkungan untuk kesejahteraan.
9.    Mengembangkan komunikasi, ukhuwah, dan kerjasama dalam berbagai bidang dan kalangan masyarakat dalam dan luar negeri.
10.    Memelihara keutuhan bangsa serta berperan aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
11.    Membina dan meningkatkan kualitas serta kuantitas anggota sebagai pelaku gerakan.
12.    Mengembangkan sarana, prasarana, dan sumber dana untuk mensukseskan gerakan.
13.    Mengupayakan penegakan hukum, keadilan, dan kebenaran serta meningkatkan pembelaan terhadap masyarakat.
14.    Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan Muhammadiyah

Bentuk Amal Usaha :
No    Jenis Amal Usaha    Jumlah
1    TK/TPQ    4.623
2    Sekolah Dasar (SD)/MI    2.604
3    Sekolah Menengah Pertama (SMP)/MTs    1.772
4    Sekolah Menengah Atas (SMA)/SMK/MA    1.143
5    Pondok Pesantren    67
 6    Jumlah total Perguruan tinggi Muhammadiyah    172
7    Rumah Sakit, Rumah Bersalin, BKIA, BP, dll    457
8    Panti Asuhan, Santunan, Asuhan Keluarga, dll.    318
9    Panti jompo    54
10    Rehabilitasi Cacat    82
11    Sekolah Luar Biasa (SLB)    71
12    Masjid    6.118
13    Musholla    5.080
14    Tanah    20.945.504   M²

Lembaga-Lembaga :
1.    Lembaga Amal Zakat Infaq dan Shodaqqoh (LAZIS)
2.    Lembaga Hubungan dan Kerjasama International
3.    Lembaga Pengawas Pengelolaan Keuangan
4.    Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting
5.    Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik
6.    Lembaga Penanganan Bencana
7.    Lembaga Seni Budaya dan Olahraga

Kegiatan-Kegiatan Keorganisasian :
1.    Aisyiyah
2.    Pemuda Muhammadiyah
3.    Nasyiyatul Aisyiyah
4.    Ikatan Mahasiswa Muhamamdiyah
5.    Ikatan Pelajar Muhammadiyah
6.    Hizbul Wathan
7.    Tapak Suci

Ketua Umum Muhammadiyah
1.    KH Ahmad Dahlan (1912-1923)
2.    KH Ibrahim (1923-1932)
3.    KH Hisyam (1932-1936)
4.    KH Mas Mansur (1936-1942)
5.    Ki Bagoes Hadikoesoemo (1942-1953)
6.    Buya AR Sutan Mansur (1953-1959)
7.    KH M Yunus Anis (1959-1962)
8.    KH Ahmad Badawi (1962-1968)
9.    KH Faqih Usman (1968-1971)
10.    KH AR Fachruddin (1971-1990)
11.    KH A Azhar Basyir (1990-1995)
12.    Prof Dr H Amien Rais (1995-2000)
13.    Prof Dr H Ahmad Syafi'i Ma'arif (2000-2005)
14.    Prof Dr H Din Syamsuddin (2005-sekarang)


5.    Daftar Pustaka

http://kolom-biografi.blogspot.com/2011/12/biografi-kh-ahmad-dahlan.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Dahlan

http://aam.wen.ru/ebook/manhaj/muhammadiyah.htm

http://www.pendongeng.com/biografi-tokoh-indonesia/528-biografi-kh-ahmad-dahlan.html

http://cacarani.blogspot.com/2011/10/faktor-yang-mempengaruhi-berdirinya.html

http://www.muhammadiyah.or.id/content-53-det-ciri-khas.html

http://www.bbc.co.uk/indonesia/laporan_khusus/2010/07/100705_muhammadiyahleader.shtml




Tidak ada komentar:

Posting Komentar